Rabu, 15 Juli 2020

BERBUAH ATAU BERUBAH

Saudara saudariku yang terkasih salam sejahtera bagi kita semua, saya mengajak anda untuk belajar dan bermenung bersama melalui injil matius ayat 8:1-4, didalam injil pada bagian ini diceritakan mengenai orang yang berbondong mengikuti Yesus setelah Yesus menyampaikan sabda diatas bukit. Ketika itu ada yang sakit kusta yang mendatangi Yesus dan berkata “jika engkau mau, engkau bisa mentahirkan aku”. Dan Yesus mengatakan “Aku mau jadilah engkau tahir”. Sesudah menyembuhkan orang itu Yesus melarang orang itu untuk memberitahukan tentang peristiwa itu.

Saudara  saudariku pada poin inilah saya ingin mengajak anda semua untuk bermenung mengapa Yesus melarang orang yang sakit kusta yang disembuhkannya itu untuk memberitahukan peristiwa kesembuhannya selain kepada imam sebagaimana hukum pada waktu itu. Inilah sebenarnya yang menjadi kritik untuk kita, kita beriman tetapi menjadi tidak seimbang, beriman mendekati Tuhan hanya untuk sesuatu yang bersifat spektakuler, hanya untuk sesuatu yang tidak mampu lagi ditangani oleh manusia. Padahal kita dipanggil untuk beriman agar kita menjadi sungguh sungguh manusia, ketika kita menjadi sungguh sungguh manusia maka kita juga akan menjadi sedemikian ilahi

Sebab keilahian bukan didapat ketika kita menolak kenyataan menusiawi, keilahian justru kita dapatkan ketika kita menerima seluruh kenyataan kemanusiaan kita. Kita bisa melihat disekitaran kita semakin orang beriman tapi nyatanya tidak semakin manusiawi, semakin terlihat dekat dengan Allah tetapi semakin aneh dalam hubungannya dengan sesama. saudara saudariku beriman dalam perspektif kita sebagai orang kristiani adalah beriman didalam Yesus sebagai yang sungguh Allah dan sungguh manusia.  Itu artinya ktia beriman bukan sekedar untuk mengakses keilahian tetapi juga untuk belajar tentang kemanusiaan, hal ini lah yang sering kali gagal ditangkap dan gagal direnungkan oleh kebanyakan orang kristiani, kita beriman mendekati Yesus memuji dan menyembah Yesus hanya untuk mengharapkan mujizat, hanya untuk mendapatkan perubahan perubahan didalam hidup kita. Padahal panggilan untuk beriman sebenarnya adalah panggilan untuk berbuah bukan sekedar panggilan untuk mengubah.

Dalam banyak permenungan saya kerap kali mengungkapkan bahwa kebanyakan kita sebagai orang Kristen dalam beriman mengharapkan perubahan perubahan yang signifikan, padahal ukuran dari beriman itu sebenarnya adalah apakah kita bersama Yesus itu mampu berbuah didalam setiap kenyataan yang sedang kita jalani. Sebagaimana orang kusta tadi mengatakan bahwa “Tuhan kalau engkau mau”. Tentu saja saudara saudari ku Allah mau mengubah hidup kita tetapi jauh yang lebih Dia inginkan atau jauh yang Dia mau adalah kita bersama dia berbuah didalam setiap kenyataan.

Secara pribadi saya seringkali berpikir dan bermenung, jika dalam kemiskinan saya lebih banyak berbuah daripada ketika saya berada didalam kelimpahan mengapa saya harus menggerutu dan menolak atau bahkan mengutuk kemiskinan, ketika didalam kesepian saya justru lebih banyak berbuah daripada ketika berada dalam keramaian mengapa saya harus menggerutu banyak ketika dalam kesunyian. Ketika ketaatan membuat saya lebih banyak berbuah daripada ketika saya berada dalam kebebasan yang tak terkendali mengapa saya harus menggerutu terhadap ketaatan ini, sekali lagi saudara saudariku tentu saja Yesus mau dan bersedia untuk mengubah kenyataan hidup kita yang tidak menyenangkan tetapi lebih dari sekedar mengubah yang tidak menyenangkan itu Yesus berkeinginan atau berkehendak agar kita berbuah bersama dengan dia. saudara saudariku, Tuhan memberkati kita semua.

`RM Abba MSC`

“Berbuah itu saat kita hidup bersama dan di dalam Yesus”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan Tutur kata yang baik dan sopan

THE PARABLE MEANING OF THE SEED

FRIDAY, 24 JULY 2020   JEREMIAH 3:14-17   I will lift thee the shepherds according to My Heart; They will shepherd you with know...